Selasa, 04 September 2012

Reka Adegan Ramadhon Tahun Lalu...


Momen Romadhon di tiap tahunnya pasti memberikan kesan dan hikmah tersendiri untuk setiap pribadi. Termasuk Romadhon ku tahun lalu. Romadhon tahun lalu memberi kesan tersendiri bagi ku karena berbeda dari Ramdhan lainnya. Ya, aku melewati Romadhon tahun lalu didaerah asing bagi ku, Busoa-Batauga-Buton-Sulawesi Tenggara (urutan nasab lokasi, hee). Terletak disebuah pulau kecil di salah satu ujung kaki pulau Sulawesi, daerah yang hampir tidak terlihat di peta Indonesia. Pastinya tidak pernah aku bayangkan sebelumnya.

Ketika teringat Romadhon tahun lalu, langsung terlintas di pikiran ku sebuah reka adegan di malam hari nan gelap gulita, untuk menggambarkan kegelapannya apabila kita sedang berbicara dengan seseorang disebelah kita maka pastikan orang yang kita ajak berbicara adalah orang yang kita kenal, karena kita tidak dapat melihat wajah orang tersebut, tidak tampak jelas karena tidak ada cahaya di malam hari kecuali dari cahaya bintang yang bertebaran indah luar biasa di atas langit, sedang lampu penerangan jalan sangat minim di daerah ini atau bisa dikatakan tidak ada. Salah satu sisi daerah ini dikelilingi oleh perbukitan atau tebing-tebing dan disisi satunya oleh laut yang membentang luas. Itu baru gambaran tentang gelapnya ketika malam hari. Trus ada apa dimalam hari itu? Nah, ini dia kisah yang sering terkenang di kepala ku. Jadi ceritanya begini, aku sebagai salah satu penanggung jawab untuk kegiatan KKN (Kuliah Kerja Nyata) di Masjid Wurugana (nama daerah tersebut), khususnya untuk kegiatan TPA disana. Di daerah ini ada sih TPAnya tapi terpencar-pencar, kegiatannya diadakan di salah satu rumah penduduk setempat dan kegiatannya tergantung ‘keluangan’ waktu dari pengajarnya yang mengajarkan secara suka rela. Untuk pertimbangan kefektifitasan waktu dan agar nuansa syiar Islamnya lebih terasa serta mendorong anak-anak dan remaja agar terbiasa ke masjid maka diputuskan untuk menggabungkan beberapa TPA yang terpencar ini dalam waktu dan tempat yang bersamaan, yaitu pada ba’da maghrib sampai isya di Masjid Wurugana.


Masjid di Wurugana

Walau bagi kami terutama aku sendiri cukup aneh untuk keluar malam di daerah ‘gelap gulita’ ini, karena biasanya kegiatan TPA di beberapa daerah diadakan ketika sore hari. Tapi dengan semangat tinggi dan hati berseri-seri kami jalani amanah ini sepenuh hati #uhuk. Karena peserta yang cukup membludak di awal maka peserta kami kelompok-kelompokkan, dan alhamdulillah beberapa teman subunit juga bersedia membantu sebagai tenaga pengajar. Singkat cerita, aku mendapat kelompok TPA untuk anak remaja putri (SMP) jadi tidak lagi mengajar membaca qur’an (iqra) tapi lebih ke perbaikan bacaan qur’an. Aku bahagia dengan kelompok yang aku pegang, karena rata-rata mereka memiliki suara asli yang bagus walau beberapa bacaan qur’annya masih belum tepat. Karena aku pun masih belajar, jadi cukup memudahkan pekerjaanku. Nah dari kendekatan selama beberapa hari dengan adik-adik kemudian aku mencoba untuk menawarkan sebuah target Tahsin dan Tahfiz qur’an selama sebulan ke depan. Tanpa disangka, mereka dengan antusias menyepakati tawaran ku tersebut, dengan target hafalan surat yang disepakati bersama yaitu menghafal QS.Al-Buruj sampai khatam selama satu bulan ke depan. Sengaja aku membuat target satu bulan karena keberadaan ku di sana diperkirakan hanya tersisa sebulan.

Pilihan surat Al-Buruj pun dipilih tidak ada alasan yang khusus, tapi yang jelas harus salah satu surat di juz 30 karena lebih singkat di banding surat lainnya. Seiring waktu berjalan, awalnya mereka sedikit tertatih-tatih karena belum familiar dengan suratnya, pun juga karena bagi mereka surat ini cukup panjang yaitu sebanyak 1 halaman untuk qur’an pojok. Hampir setiap malam hari (senin-jum’at) lantunan QS.Al-Buruj terdengar di telinga ku dan telinga mereka. Senja hari menjelang maghrib seusai mengajar TPA di Masjid yang lain maka aku langsung bergegas ke Masjid Wurugana, ditempuh dengan berjalan kaki, lumayan juga jaraknya. Ditengah perjalanan sudah banyak pemandangan anak-anak kecil sudah memakai mukena dan berlarian ke arah yang sama, masjid Wurugana. Sebagian mereka ada yang nyamperin aku kemudian berjalan dan ngobrol bersama, ada juga yang tiba-tiba datang dan langsung mengandeng tangan ku. Sungguh, aku merasa senang sekali saat itu. Seolah-olah aku dikelilingi oleh bidadari-bidari kecil yang lucu. Segala kepenatan akan hilang seketika ketika melihat wajah-wajah ceria, bersemangat, polos dan senyum manis mereka.

Suasana seusai TPA yaitu malam hari setelah sholat isya berjama’ah pun tidak kalah mengesankan. Dimalam yang gelap gulita tersebut kami berjalan beriringan menuju rumah masing-masing, cukup ramai karena ada sekitar 50 anak-anak kecil. Sepanjang perjalanan ada yang bersenda gurau, ngobrol, berlari-larian, bernyayi-nyayi “Anak Sholeh”, “Tepuk Wudhu” dan lainnya, walau satu sama lain tidak dapat melihat wajah orang sekeliling dengan jelas. Dan adik-adik sekawanan kelompok ku melakukan muraja’ah (mengulang hafalan) surat al-Buruj yang tiap malam mereka hafalkan beberapa ayat bersama-sama. Sambil memandangi langit atas yang bertaburan banyak sekali bintang, bintang-bintang bertaburan dengan leluasanya berbeda dengan bintang yang berada di daerah perkotaan. Jujur, ini adalah pemandangan bintang terbanyak dan terindah yang pernah aku liat secara langsung tanpa alat bantu (teropong dan kawan-kawannya) dalam keadaan gelap gulita. Terkadang ada juga pemandangan bintang jatuh, yang belum pernah aku liat sebelumnya. Subhanalloh, amazing!!! Suasana langit yang gelap tapi tercerahkan oleh sinar bintang yang bertaburan, begitu pun malam gelap di Wurugana seolah tercerahkan oleh pancaran sinar-sinar dari iringin-iringan bintang manusia yang berpakaian serba putih (mukena) #ngangenin

Beberapa waktu kemudian aku baru sadar dengan surat Al-Buruj yang sedang dihafalkan adik-adik, tanpa ada rencana sebelumnya, sedikit terkesan ‘kebetulan’ ternyata apa yang sedang dihafalkan menggambarkan suasana kami saat itu, bertabur bintang, sesuai dengan arti surat al-Buruj yaitu gugusan bintang. Subhanalloh, membuat hafalah surat al-Buruj bagi aku dan adik-adik semakin berkesan.
Wassamaa idzaatil buruuj (Demi langit yang mempunyai gugusan bintang,)
Wal yawmil maw’uwd (dan hari yang dijanjikan)
Wasyahidiwwamasyhuwd (dan yang menyaksikan dan yang disaksikan.)
...
Walau semakin lama jumlah peserta mengalami penyusutan, begitu pun tenaga pengajar yang mulai menyusut, secara pribadi aku menyebut mereka seperti sebuah judul buku: “Yang Berguguran di Jalan Wurugana” hee, tapi itu semua tidak menyusutkan semangat aku dan adik-adik kelompok ku untuk terus menghafal qur’an. Dihari kepulangan ku, masih tersisa 3 ayat lagi yang belum terselesaiakan hafalannya. Diluar dugaan hari kepulangan KKN dipercepat. Jadi aku meminta adik-adik untuk meneruskannya sampai selesai walau tanpa aku.

Beberapa waktu kemudian, kami (aku dan adik-adik TPA) masih melakukan kontak telpon/sms. Dalam percakapan telpon, aku meminta mereka untuk mengulang hafalan QS.Al-Buruj-nya, dengan terbata-bata dan lupa-lupa ingat mereka membacakannya via telpon:
“kami sudah lupa kak fika” (dengan intonasi suara khas Sulawesi),
“kenapa mi bisa lupa?” jawab ku dengan ikut-ikutan intonasi khas Sulawesi
“Karena tak ada lagi yang mengaji ke masjid kak”,
“kenapa tak mengaji lagi ke masjid?”,
“karena tak ada kak fika lagi yang mengajar mengaji”,
(tertawa) “hey, mengaji itu bukan karena kak fika tapi karena Alloh”
(tertawa) “iya kak, makanya kak fika ke sini lagi”

Jadi termotivasi untuk melakukan banyak hal/manfaat bagi Indonesia tercinta.


Allahummarhamni Bil Quran

Waj’alhu lii Imaaman Wa Nuuran Wa Huda Wa Rohmah
Allahumma Dzakkirni Minhu maa Nasiitu
Wa’allimni Minhu maa Jahiiltu
Warzuqnii Tilaawatahu
Aana Al Laili Wa Aana An Nahaari
Waj’alhu lii Hujjatan
Yaa Rabbal ‘Alamin

Ya Allah Kasih Sayangilah aku
dengan sebab AlQuran ini
Dan jadikanlah AlQuran ini
sebagai pemimpin
sebagai cahaya
sebagai petunjuk
dan sebagai rahmat bagiku

Ya Allah ingatkanlah aku
apa-apa yang aku lupa dalam AlQuran
yang telah Kau jelaskan
dan ajarilah apa-apa yang aku belum mengetahui
Dan karuniailah aku
selalu sempat membaca AlQuran
pada malam dan siang hari
Dan jadikanlah AlQuran ini
sebagai hujjah bagiku
Ya Allah Tuhan semesta alam

------------------------------------------------------------------------
Memasuki 10 hari ke dua Romadhon 1433 H
Yogyakarta, 30 Juli 2012